KEANEKARAGAMAN KEBUDAYAAN,AGAMA DAN KLAN
A. KEANEKARAGAMAN KEBUDAYAAN
Kebudayaan
berasal dari kata budaya yang dalam bahasa Sansekerta terdiri dari kata buddh
yang berarti akal, kemudian menjadi kata buddhi, dan kata daya yang berarti
kekuatan, buah, atau hasil. Budaya dapat diartikan sebagai hasil buah piker
atau akal manusia. Dalam bahasa inggris kebudayaan disebut culture, atau dalam
bahasa yunani yang berasal dari kata colore yang berarti mengerjakan tanah.
Dalam bahasa paling sederhana dapat dikatakan bahwa kebudayaan mencul dari
sesuatu yang tidak biasa menjadi kebiasaan dan diikuti oleh orang banyak.
Secara umum kebudayaan terdiri dari unsur
yang sama yang pasti dimiliki oleh setiap budaya dari setiap masyarakat, yang
sering disebut cultural universal. Unsur – unsur tersebut adalah sebagai
berikut.
1.
Sistem religi
2.
Sistem kekerabatan atau kemasyarakatan
(organisasi social)
3.
Sistem kesenian
4.
Sistem komunikasi (bahasa)
5.
Sistem pengetahuan
6.
Sistem mata pencaharian (system ekonomi)
7.
Sistem peralatan dan perlengkapan hidup manusia
(Sistem teknologi)
Keanekaragaman kebudayaan yang ada di Indonesia antara lain:
1. Kebudayaan Daerah Gayo, Alas, Dan Batak
Sistem religi
yang dianut masyrakat gayo, alas, Batak Angkola, dan mandailing mayoritas
memeluk agama Islam, sedangkan Sistem religi yang dianut masyarakat Batak Karo,
Pakpak, Simalungun, dan Toba mayoritas memeluk agama Kristen Protestan.
System kekerabatan yang dianut masyarakat
Gayo, Alas, dan Batak adalah kekerabatan patrilineal dengan Sistem marga dan
masih memegang kuat tradisi warisan nenek moyang.
Kesenian tradisional masyarakat Batak
berupa tarian adat tor – tor dsan kain tenun ulos. Ulos bukan sekedar kain
melainkan lambing yang digunakan dalam upacara ritual tertentu.
2. Kebudyaan Daerah Minangkabau
System religi
pada masyarakat minangkabau mayoritas penganut agama Islam . system kekerabatan
yang dianut adalah matrilineal yang diatur oleh ninik mamak, yakni saudara laki
– laki dari ibu. Masyarakat adat Minangkabau terdiri dari klan – klan kecil
(suku) yang ada hubungan geneologis. Kekhasan hasil kebudayaan berupa rumah adat Minangkabau disebut gadang.
3. Kebudayaan Daerah Kalimantan
System religi masyarakat adat Dayak sebelum
agama masuk dan dikenal masyarakat adalah kepercayaan Keharingan. Pola kebiasaan masyarakat
adat dimasa lampau berupa mengayau, yakni memenggal kepala musuh. Disamping
itu, masyarakat adat Dayak mengenal acara pembakaran mayat yang disebut tiwah
4. Kebudayan Daerah Toraja
Masyarakat adat
Toraja merupakan keturunan ras Melayu Tua (Proto Melayu) yang sejak mula telah
mengenal kepercayaan animism dan dinamisme. Mereka biasa menguburkan jenazah di
dinding bukit dan gua dilereng bukit dengan menyelenggarakan upacara pesta yang
sangat meriah.
5. Kebudayaan Daerah Ternate
System religi
masyarakat adat Ternate, Tidore, Halmahera, tobelo dan sula mayoritas beragama
islam. Di awal abad ke -16 bangsa (Portugis dan Spanyol) masuk sekaligus
menadai masuknya agama Kristen dan katolik.
6. Kebudayaan Daerah Papua
System religi
yang di anut masyarakat adat Papua yang terdiri atas banyak suku masing –
masing memiliki tradisi berbeda – beda. Namun secara umum mereka telah mengenal
system kepercayaan:
a.
Totemisme, meyakini adanya hubungan gaib antara
manusia dengan benda ataupun hewan/pepohonan tertentu yang dipercaya sebagai
leluhur mereka. Oleh karena itu, penganut totenisme pada masa purba membuat
patung pemujaan.
b.
Fetiyisme, meyakini adanya benda keramat atau
ajimat yang memiliki roh dan kekuatan sakti.
c.
Animisme, yakni memuja kekuatan roh gaib
terutama roh nenek moyang.
d.
Dinasmisme, yakni meyakini bahwa setiap benda
memiliki kekuatan gaib.
Masyarakat yang telah maju mulai
meninggalkan kepercayaan animism dan dinamisme dan umumnya memeluk agama
Kristen. Masyarakat adat Papua mengenal kebiasann pesta bakar batu sebagai
pesta perdamaian. Hasil kebudayaan seni ukir patung kayu orang – orang suku
Asmat dikenal bernilai religious, termasuk hasil karya yang mengagumkan dunia.
7. Kebudayaan Daerah Bali dan Lombok
System religi
masyarakat Bali dan Lombok mayoritas memeluk agama hindu. Pola kehidupan sehari
– hari sangan diwarnai dengan nilai – nilai keagamaan. Mereka masih menganut
system kasta. Keunikan dan keindahan upacara – upacara keagamaan yang diwarnai
tarian dan karya seni mengundang kekaguman wisatawan. Upacara adat yang
terkenal antara lain: pembakaran mayat(ngaben), Hari raya Nyepi, Galungan, dan
lain – lain.
8. Kebudayaan Daerah Jawa
System religi
masyarakat adat jawa dikenal dengan aliran kepercayaan yang bernuansa klenik,
yakni hal – hal yang berbau gaib dan mistis. Masyarakat jawa pada umumnya masih
mewarisi kebudayaan feudal, memiliki bahasa bertingkat – tingkat yang
pemakaiannya berbeda – beda didasarkan atas status sosial, kebudayaan jawa
sangat terkenal dengan bentuk: huruf jawa, kesenian wayang, lukisan, batik,
gamelan, reog ponorogo, dan tarian klasik lainnya masyarakat jawa masih terbagi
menjadi beberapa etnis yang masing – masing memiliki cirri khas. Missal: etnis
Madura, berbeda dengan etnis solo ataupun Jogja. System kekerabatan masyarakat
Jawa adalah system kekerabatan bilateral.
9. Kebudayaan Daerah Sunda
System religi
masyarakat Sunda mayoritas beragama islam kebudayaan Sunda mirip dengan
kebudayaan Jawa. Kesenian khasnya berupa: wayang golek, angklung, degung, dan
tari jaipong. Didaerah Banten dikenal seni tradisional debus
B. KEANEKARAGAMAN AGAMA
Pemerintah RI
mengakui ada enam agama yang diizinkan berkembang di Indonesia yakni: agama
Islam. Kristen Protestan, Katholik, Hindu, Budha dan Kong Huchu. Selain
terdapat agama anutan tertentu, Indonesia juga memiliki keyakinan kepercayaan
khusus yang dikenal sebagai aliran kepercayaan terhadap tuhan yang maha esa
yang dibawah pembinaan Depatemen Pendidikan Nasional sebagai bagian dari
kebudayaan Indonesia. Dengan adanya kemajemukan agama dan kepercayaan inilah
maka perlu dikembangkan sikap sebagai berikut.
1.
Agama merupakan pewujudan hak asasi manusia yang
harus dihormati dan dihargai kebebasan dalam menjalankan ibadahnya
2.
Bahwa perbedaan tersebut memperkaya khazanah
budaya bangsa.
3.
Bahwa perbedaan tersebut merupakan bagian dari
harmoni social.
4.
Perlu dikembangkan sikap toleransi terhadap
sesama umat ciptaan tuhan
5.
Perlu diupayakan adanya kerukunan antarumat
beragama, sehingga agama bukan sebagai pemecaha belah melainkan sebagai
pemersatu.
C. KEANEKARAGAMAN KLAN
Klan adalah
kesatuan kekerabatan yang terdiri atas gabungan keluarga luas yang berasal dari
satu nenek moyang berdasarkan garis keturunan dari ayah saja, atau ibu saja.
Ada dua macam klan yang sangat berbeda,
yaitu:
1.
Klan matrilineal adalah system kekerabatan yang
diambil dari garis keturunan ibu.
Berlaku dimasyarakat minangkabau. Mereka menyebut sebagai suku. Klan ini
termasuk kecil, karena jumlahnya kurang dari 100 dan mereka masih saling
mengenal satu dengan lainnya.
2.
Klan patrileneal adalah system kekerabatan yang
diambil berdasarkan garis keturunan dari
pihak ayah. Berlaku di dalam kehidupan masyarakat Batak. Mereka menyebut
sebagai marga. Klan ini termasuk klan besar, karena jumlahnya mencapai ribuan
dan antara yang satu dan yang lainnya belum tentu saling mengenal.
Hal yang mengikat mereka adalah: lambing marga, kesamaan nama marga,
nyanyian/ dongeng suci.
Fungsi klan dalam keidupan masyarakat minangkabau (klan kecil) adalah:
a.
Melakukan upacara adat bersama – sama,
b.
Mengatur perkawinan secara eksogami
c.
Memelihara harta pusaka,
d.
Melakukan usaha produktif
Fungsi klan besar pada masyarakat Batak (patrilineal) adalah:
A.
Sebagai rangka
dalam hubungan antarkelas,
B.
Sebagai dasar organisasi politik di daerahnya,
C.
Mengatur perkawinan secara eksogami,
D.
Menyelengggarakan upacara ritual keagamaan
secara bersama – sama,
Sifat klan besar adalah:
a.
Keanggotaan tidak dapat dirangkap(ekslusif)
b.
Terikat adat (circumscriptive)
c.
Terbatas (definitive)
Mohon maaf jika terdapat kesalahan penulisan
kata berupa salah tulis atau huruf yang kurang
Terimakasih telah berkunjung di blog saya