Penangan Masalah Sosial Budaya
Menuju Integrasi Sosial
A. INVENTARISASI MASALAH – MASALAH SOSIAL
BUDAYA
1. Masalah Kesenjangan Sosial
Perbedaan status sosial ekonomi antara warga
masyarakat yang satu dan lainnya merupakan awal munculnya kesenjangan social yang
membatasi kehidupan kaya dan miskin. Pola kehidupan masyarakat golongan kaya
yang konsumtif secara berlebihan memancing kecemburuan sosial di kalangan warga
masyarakat yang kurang mampu. Adanya kecemburuan sosial inilah yang akan
memudahkan meletusnya konflik sosial.
2. Masalah Kriminalitas
Ketidakseimbangan pola kehidupan masyarakat yang satu
dan lainnya sering memancing keinginan warga tertentu yang menghedaki pola
kehiduapn tertentu dengan cara yang menyimpang. Keinginan meguasai harta orang
lain secara tidak adil melalui tindak
kejahatan merupakan salah satu bentuk prilaku menyimpang yang berlatar belakang
pada kesenjangan ekonomi.
3. Masalah Pelanggaran HAM
Masalah HAM (Hak Asasi Manusia) merupakan salah satu
isu globalisasi yang melanda dunia pasca perang Dunia II seiring dengan
pesatnya modernisasi dan reformasi di berbagai bidang. Ketidakadilan dan
kesewenang – wenangan perlakuan terhadap orang lain merupakan penyebab tuntutan
akan persamaan hak penjajahan atau kolonisasi dan perbudakan merupakan bentuk –
bentuk perlakuan yang tidak manusiawi yang melanggar hak – hak asasi manusia. Tuntutan kaum buruh akan hak
pesangon, pension serta cuti, merupakan salah satu bentuk tuntutan yang
berlatar belakang pada hak – hak asasi manusia.
4. Masalah Persaingan
Pesatnya perkembangan industry memicu terjadinya
persaingan yang semakin ketat dalam bidang usaha demikian pula, pertumbuhan
penduduk yang tidak diiringi dengan persediaan lapangan pekerjaan yang memadat menimbulkan
persaingan yang sangat ketat dalam memperebutkan lapangan pekerjaan yang
sesuai. Aneka ragam persaingan yang melanda masyarakat merupakan awal
terjadinya konflik sosial.
5. Gejala Disintegrasi Nasional
Berkembangnya primordialisme yang disertai sikap
etnosentrisme yang kuat merupakan benih – benih yang memunculkan gejala
disintegrasi nasional. Keinginan daerah untuk lepas dari pemerintah pusat yang di wujudkan dalam
bentuk gerakan separatis merupakan salah satu gejala disintegrasi nasional,
yang pecahnya persatuan bangsa.
6. Masalah Gender
Derasnya tuntutan emansipasi wanita dalam gencarnya
gerakan persamaan derajat antara wanita
dan laki – laki merupakan salah satu isu global yang menandai kebangkitan
wanita diabad – 20. Dominasi laki – laki yang mewarnai pola kehidupan
masyarakat dunia menjadi salah satu penyebab munculnya tuntutan akan
kesetaraaan hak dan kewajiban dari
kalangan perempuan yang memperjuangkan kesamaan derajat antara laki –
laki dan wanita.
7. Masalah Perbedaan Politik
Dibukanya pintu demokrasi pasca tambangnya rezim orde
baru memberikan peluang selebar – lebarnya bagi
setiap warga Negara untuk menyalurkan aspirasi politiknya sesuai dengan
kondisi masing – masing warga. Terbukanya gejala demokratisasi yang terjadi
didalam system pemerintahan Indonesia semakin menyuburkan tumbuhnya politik
aliran dalam kehidupan politik di Indonesia. Keadaan yang demikian ini
menjadikan masyarakat terkotak – kotak dalam persaingan politik yang cenderung
rawan terhadap munculnya konflik horizontal
8. Masalah Keyakinan Atau Agama
Berkembangnya kehidupan Beragama dikalangan masyarakat
sering menumbuhkan semangat fanatisme yang sempit bagi pengikutnya yang menjadi
penyebab terjadinya permasalahan yang bernuansakan SARA. Sangat ironis memang
jika umat beragama saling bertikai dengan alasan membela agama, sehingga agama
berubah fungsi bukan sebagai pemersatu masyarakat justru sebagai penyebab
konflik masyarakat.
B. GAGASAN PENANGANAN MASALAH
Berbagai masalah
sosial tumbuh didalam kehidupan masyarakat majemuk perlu ditangani secara
sungguh – sungguh dengan mengutamakan upaya pencegahan sejak dini agar
perbedaan yang ada dalam kehidupan masyarakat majemuk tidak berlanjut mengarah
kepada pecahnya konflik sosial. Berikut ini beberapa contoh upaya penanganan
terhadap permasalahan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat majemuk.
1. Menangani Masalah Kesenjangan Sosial
Untuk menangani masalah sosial
ekonomi ini pemerintah berupaya melakukan peningkatan kesejahteraan masyarakat
melalui usaha :
a.
Meningkatkan pelayanan kesehatan dengan
menerapkan Askeskin (asuransi kesehatan untuk
keluarga miskin)
b.
Pemberian bantuan subsidi kepada keluarga
prasejahtera,
c.
Penerapan wajib belajar pendidikan dasar
Sembilan tahun,
d.
Mempermudah perolehan modal usaha melalui kredit
usaha kecil
Dengan berbagai upaya untuk mengentaskan kemiskinan dan
kebodohan inilah diharapkan dapat mengurangi jumlah angka kemiskinan serta
menghapus atau mengurangi terjadinya kesenjangan sosial di tengah kehidupan
masyarakat.
2. Menangani Masalah Kriminalitas
Tindak kriminal sangat mengganggu stabilitas keamanan
masyarakat yang berdampak pada diintegrasi sosial Langkah yang dapat dilakukan
untuk mengantisipasi perilaku menyimpang dan tindak kriminal adalah:
A.
Menegakkan hukum dengan menjatuhkan sanksi tegas
kepada perilaku menyimpang dan pelaku tindak kriminal,
B.
Meningkatkan kinerja aparat kepolisian sebagai
pelindung rakyat,
C.
Meningkatkan pembangunan di bidang ekonomi,
D.
Meningkatkan pengendalian sosial untuk memperkecil
terjadinya penyimpangan dan perilaku kejahatan.
3.
Menangani
Masalah Pelanggaran HAM
Pelanggaran terhadap HAM masih sering terjadi di
sekitar kita. Hal ini terjadi sebagai dampak adanya sistem stratifikasi
kekuasaan sehingga masyarakat kalangan bawah sering memperoleh perlakuan yang
tidak manusiawi, misal : penertiban PKL pembongkaran pemukiman liar, dan
sebagainya.
Upaya untuk mengantisipasi hal tersebut perlu
dilakukan usaha lain:
a.
Memberikan sosialisasi kepada masyarakat
terutama kalangan kelas bawah akan tata tertib mengenai penggunaan lahan dan
tempat usaha. Hal ini dilakukan agar masyarakat tidak asal menempati tempat
kosong untuk usaha ataupun permukiman seenaknya sendiri,
b.
Memberikan pembinaan yang sifatnya persuasive
jika terjadi pelanggaran pemakaian lahan,
c.
Mengupayakan relokasi bagi tempat usaha bagi
pedagang kaki lima yang tepat,
d.
Melakukan penertiban terhadap masyarakat yang melakukan
pelanggaran dengan cara persuasif dan
manusiawi.
4. Menangani Masalah Persaingan
Ketidakseimbangan antara jumlah pencari kerja dengan
lapangan pekerjaan yang tersedia menyebabkan persaingan yang sangat tajam di
antara para pekerjaan yang tidak sesuai dengan sesuai dengan standar kelayakan
hidup serta semakin tingginya angka penganguran tingginya angka penganguran
mengkibatkan munculnya masalah – masalah sosial. Hal ini upaya yang dapat
dilakukan antara lain:
a.
Menanamkan jiwa wiraswasta sejak dini,
b.
Menanamkan keahlian dan keterampilan,
c.
Meningkatkan pembangunan melalui padat karya
yang dapat menyerap banyak tenaga kerja,
d.
Menyalurkan tenaga kerja keluar negeri secara
legal dengan memberikan perlindungan terhadap hak para pekerja dengan memenuhi
kewajiban yang harus dilaksanakan.
5. Mengatasi Masalah Gejala Disintegrasi
Nasional
Berkembang pesatnya arus demokrasi yang melanda
Indonesia sejak era reformasi menyebabkan setiap orang memiliki kesempatan
terbuka untuk mengemukakan pendapat, menghimpun masa dan mengkritik pemerintah
dengan hanya melihat kekurangan
kekurangan pemerintah. Era demokrasi juga memunculkan banyak tokoh –
tokoh pemuka masyarakat yang masing – masing memiliki kepentingan sendiri –
sendiri. Merebaknya silang pendapat diantara para tokoh nasional telah
menimbulkan macam – macam kelompok baik yang pro maupun kontra pemerintah.
Gejala diintegrasi muncul dalam bentuk:
a.
Merebaknya aksi unjuk rasa turun ke jalan yang
cenderung berisi memcah belah masyarakat,
b.
Munculnya aksi kekerasan, pemaksaan kehendak dan
tindakan anarkis lain yang melibatkan masa,
c.
Main aksi protes yang cenderung menurunkan
wibawa pemerintah,
d.
Tidak efektifnya sanksi hukum,
e.
Munculnya kerusuhan di berbagai daerah,
f.
Gerakan separatism.
Untuk mengatasi krisis gejala diintegrasi tersebut dapat diupayakan
langkah – langkah:
a.
Reorganisasi adalah pembentukan nilai – nilai
dan norma – norma baru yang menyesuaikan dengan lembaga – lembaga
kemasyarakatan/lembaga Negara telah berubah. Misal : tap – tap MPR, tata
perundangan, amendemen UUD, dan penerapan otonomi daerah
b.
Institusionalisasi atau pelembagaan adalah
proses penanaman nilai – nilai secara kukuh dalam seluruh lapisan masyarakat.
Adapun rumus institusional adalah sebagai berikut.
(Efektifitas
menanam) – (kekuatan menentang)
Institusionalisasi =
Kecepatan menanam
Berdasarkan rumus tersebut mengandung makna , bahwa jika kemampuan
menanamnya tinggi, kekuatan menentangnya kecil dan kecepatan menanamnya besar
maka proses pelembagaan nilai dan norma baru akan berhasil. Jika hal tersebut
tercapai maka terjadi akomodasi.
Akomodasi adalah usaha usaha – usaha untuk meredam berbagai konflik
dengan cara damai tanpa menghancurkan pihak lawan, sehingga lawan tidak kehilangan
kepribadiannya.
6. Menangani Masalah Diskriminasi Gender
Untuk menangani masalah ini, maka hal utama yang harus
diperhatikan adalah meningkatkan pendidikan kaum perempuan, sehingga perempuan
memilki kesempatan mengembangkan kariernya sejajar dengan kaum laki – laki. Hal
ini perlu dilakukan penyuluhan – penyuluhan dimasyarakat terpencil maupun di
pedesaan yang masih memegang tradisi mengesampingkan pendidikan kaum perempuan
dan membatasi ruang lingkup perempuan dalam beraktivitas. padahal jika kita
amati dalam kehidupan masyarakat, justru kaum perempuanlah yang aktif berjuang.
misal: kaum perempuan didesa – desa mampu mengerjakan beberapa pekerjaan
sekaligus, mengasuh anak sambil mencari nafkah.
7. Menangani Masalah Perbedaan Politik
Untuk mengatasi hal ini, diperlukan kesadaran para
pemimpin elit politik untuk mengedepankan wawasan kebangsaan sebagai arah
perjuangan yang utama partainya menggunakan bendera kelompok tertentu.
8. Menangani Masalah Adanya Sikap Fanatic dan
Ekstrim Keagamaan Yang Dapat Meresahkan Pihak Yang Berlainan Paham dan Agama
Peranan pemuka
agama dalam menyadarkan masing – masing pengikutnya untuk saling mewujudkan
suasana kehidupan yang menentramkan lahir dan batin sangatlah besar.
Pemukan agama perlu menyadarkan kepada
para pengikutnya bahwa Sang Maha Pencipta sengaja menciptakan seluruh makhluk
di bumi ini dengan berbagai keanekaragaman. Dengan adanya keanekaragaman inilah sekaligus ujian bagi semua makhluk
terutama manusia sebagai makhluk
ciptaan- Nya yang paling luhur untuk mampu menjaga seluruh ciptaan-Nya agar
terhindar dari kehancuran.
Kurangnya pemahaman mengenai keanekaragaman ciptaan
tuhan menjadikan orang berpikiran sempit yang akibatnya menghalalkan segala
cara termasuk membunuh atau merusak
segala hal yang tidak sesuai dengan jalan pikirannya.
C. MEMAHAMI KONSEP INTEGRASI
1. Pengertian integrasi
Integrasi sosial mengandung arti suatu proses
penyesuaian di antara unsur – unsur yang saling berbeda yang ada dalam
kehidupan sosial sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang serasi
fungsinya bagi masyarakat proses integrasi sosial akan berhasil dengan berhasil
dengan baik, jika terwujudnya hal – hal berikut.
a.
Tercapai suatu konsensus mengenai norma – norma
dan nilai – nilai social.
b.
Norma – norma itu konsisten dan tidak berubah –
ubah.
c.
Anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil
mengisi kebutuhan antara yang satu dan yang lain.
2. Bentuk – bentuk integrasi sosial
Bentuk integrasi sosial adalah sebagai berikut.
a.
Integrasi instrumental, yakni integrasi yang
tampak secara visual dari adanya ikatan – ikatan sosial di antara individu – individu
di dalam masyarakat
b.
Integasi ideology, yakni suatu bentuk integrasi
yang tidak tampak secara visual yang terbentuk dari ikatan spiritual
(ideologis) yang kuat dan mendasar melalui proses alamiah tanpa adanya suatu
ikatan atau paksaan, integrasi ideology menggambarkan adanya kesepahaman dalam
nilai – nilai, persepi serta tujuan diantara orang – orang yang terikat menjadi
satu kesatuan sosial.
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi integrasi
a.
Adanya homogenitas kelompok
Integrasi merupakan hasil dari minat dan kepentingan
bersama, ciri – ciri, norma dan tingkah laku yang sama serta adanya kesepakatan
bersama tentang tata cara operasional
dan peraturan.
b.
Besar kecilnya kelompok masyarakat
Dalam kelompok masyarakat yang relatif kecil diwarnai oleh hubungan
pribadi yang informal dan akrab dibandingkan kelompok yang lebi besar hubungan
akrab dan informal disebut relasi primer sedangkan hubungan yang bersifat
formal dan tidak akrab disebut relasi sekunder.
c.
Perpindahan fisik
Adanya perpidahan secara fisik dari suatu kelompok
pada lokasi yang lain sekaligus memisahkan mereka dari kelompok asal dan akan
melemahkan integrasi kelompok asal.
d.
Efisiensi dan komunikasi
Integrasi dalam suatu kelompok merupakan fungsi dan
efisiensi komunikasi di antara para anggota, termasuk penyesuaian diri dengan
norma – norma dalam dalam kelompok sehingga mempengaruhi perilaku dan sikap
mereka.
4. Terjadinya proses integrasi social
a.
Fase ekomodasi, adalah proses meredakan
pertentangan atau konflik untuk mencapai stabilitas sosial.
b.
Fase kerjasama, timbul karena ketegangan
mayarakat sebagai akibat adanya unsur – unsur yang berbeda – beda setelah
terjadi proses akomodasi. Kerja sama dapat lahir karena mereka terlibat konflik
menyadari mempunyai kepentingan yang sama.
c.
Fase koordinasi, sangat diperlukan untuk
menyempurnakan kerja sama yang terjalin. Proses koordinasi terlihat jelas
apabila dlaam suatu masyarakat terdapat kelompok – kelompok yang saling berbeda
paham dalam bidang politik. Setiap kelompok ingin mendudukkan calonnya sebagai
pemimpin, maka dalam politik persaingan sangatlah sengit.
d.
Fase asimilasi, merupakan tahapan terakhir dari
proses integrasi. Dalam proses asimilasi setiap anggota masyarakat
mengidentifikasi dirinya dengan kepentingan – kepentingan serta tujuan – tujuan
kelompok. Apabila ada dua kelompok masyarakat mengadakan asimilasi batas antara
dua kelompok itu hilang dan akan menjadi satu kelompok.